Dalam struktur organisasi PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan, terdapat berbagai biro yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Salah satu biro yang memiliki peranan strategis adalah Biro Kaderisasi. Keberadaan biro ini bukan sekadar pelengkap struktur, melainkan menjadi jantung organisasi dalam menjaga keberlangsungan regenerasi. Melalui Biro Kaderisasi, organisasi terus tumbuh dan bergerak karena kader-kader baru yang lahir merupakan harapan masa depan dan pewaris semangat perjuangan.
Biro Kaderisasi memikul tanggung jawab besar karena berkaitan langsung dengan masa depan organisasi. Tugas utama dari biro ini adalah memastikan proses kaderisasi berjalan secara terstruktur, berjenjang, dan berkelanjutan. Artinya, biro ini tidak hanya bertugas merekrut anggota baru, tetapi juga memastikan bahwa setiap kader yang masuk mendapat pembinaan ideologis, intelektual, dan spiritual yang sesuai dengan nilai-nilai dasar PMII. Tanpa pengelolaan kaderisasi yang matang, organisasi akan mengalami stagnasi bahkan kehilangan identitas perjuangannya.
Peran Biro Kaderisasi mencakup berbagai aspek penting dalam pengembangan anggota. Dimulai dari proses rekrutmen anggota baru, biro ini bertanggung jawab atas penanaman nilai awal yang menjadi fondasi pemahaman kader terhadap PMII. Selain itu, biro ini juga menyelenggarakan kegiatan pembinaan yang berkelanjutan serta menyediakan ruang dan sarana pemberdayaan bagi kader agar mampu berkembang sesuai dengan potensinya. Proses ini bukan hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh sisi personal dan ideologis setiap kader yang terlibat di dalamnya.
Dalam pelaksanaannya, sistem kaderisasi yang digunakan oleh PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan mencakup tiga pendekatan: formal, non-formal, dan informal. Kaderisasi formal dilaksanakan melalui forum-forum seperti MAPABA, PKD, dan PNLK yang sudah terstruktur dan berjenjang. Sementara itu, kaderisasi non-formal dijalankan melalui diskusi rutin, pelatihan tematik, dan kelas-kelas pengembangan diri. Adapun kaderisasi informal berlangsung dalam interaksi sehari-hari, melalui keteladanan dan proses pembelajaran yang bersifat personal. Ketiganya saling melengkapi dan menjadi strategi integral dalam membentuk kader yang tangguh, militan, dan berkarakter pergerakan.